Pada Pendampingan gurus kali ini, Guru SD Negeri Tegal wangi Ibu Wahidah, S. Pd. Memberikan Materi Pokok PERISTIWA, Dalam prosesnya pembelajarannya siswa di minta manju kedepan untuk mebawa poto masa kecilnya dan diminta untuk menceritakan apa yang ada dalam poto.... Sungguh mengejutkan dan membuat Pembiana / Pengawas ( Dra. Hj. HASANAH. MM ) sempat ketawa dan tertegun apa yang dilakukan para siswa kelas 2 SD Negeri Tegal Wangi.
Pada Kesempatan ini pula perlulah kita ingat tentang pertumbuhan dan perkembangan Manusia dicitakan secara teorinya berikut paparannya
I. Definisi
a.
Pertumbuhan
1. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel atau
organ yang bisa diukur. (Soetjiningsih, 1995)
2. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena
adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel dan juga karena bertambah
besarnya sel. (IDAI, 2002)
3. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah dan ukuran. (Whaley and Wong)
b.
Perkembangan
1. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 1995)
2. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dan struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan dan diramalkansebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI, 2002)
3. Perkembangan menitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran terhadap perkembangan emosi, social dan intelektual anak. (Whaley
and Wong).
II.
Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a.
Faktor Genetik
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang,
termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
b.
Faktor Lingkungan
a.
Faktor lingkungan pada waktu
masih di dalam kandungan (faktor prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor
mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas
dan anoksia embrio.
b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor
post natal )
1. Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis
kelamin, Umur, Gizi, Perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi
metabolisme dan hormon.
2. Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi,
keadaan rumah dan radiasi.
3. Faktor Psikososial yaitu stimulasi,
motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress,
sekolah.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
III. Teori
Perkembangan
A.
SIGMEUN FREUD (
PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL )
1. Fase Oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam
mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan
aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
2.
Fase Anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces.
Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan
disiplin dan bertanggung jawab.
3.
Fase Urogenital atau faliks
(usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan
perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank
laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang
disebut oedipus compleks.
4. Fase Latent (4 – 5 tahun sampai masa
pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami
perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual
alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari
figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang,
heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
B.
PIAGET (PERKEMBANGAN
KOGNITIF)
Meliputi kemampuan
intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir
logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang
abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang
dimiliki anak.
1.
Tahap sensori – motor ( 0 – 2
tahun)
Perilaku anak banyak melibatkan motorik,
belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia
18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
2.
Tahap pra operasional ( 2 – 7
tahun)
a.
Tahap pra konseptual (2
– 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir
egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan
kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu ( ayam bertelur jadi semua binatang
bertelur ) atau karena ciri – ciri objek tertentu ( truk dan mobil sama karena
punya roda empat ). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu
mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokkan
truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudian mengelompokan mereka
berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya, dst.
b.
Tahap intuitif( 4 – 7 tahun)
Pola pikir berdasar intuitif, penalaran
masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata – mata
didasarkan atas penampakan objek.
3.
Tahap operasional konkrit ( 7
– 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar
satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap.
Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
4.
Tahap operasional – formal (mulai
usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis
tanpa menghadapi objek – objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih
fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
C.
ERIKSON ( PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL )
Proses perkembangan
psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas
perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana
memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan
atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Perkembangan Psikososial :
1.
Trust vs. Misstrust ( 0 – 1
tahun)
Kebutuhan rasa aman dan
ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan misstrust, bila anak
mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap
lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
2.
Autonomy vs shame and doubt (
2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi
dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu
dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak
bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat
dengan anak.
3.
Initiatif vs Guilty (3 – 6
tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan
rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif
yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa
bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
4.
Industry vs inferiority (6 –
11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak
sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas
sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya
diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
5.
Identity vs Role confusion (
mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan –
harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya
sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari
identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
6.
Intimacy vs Isolation (
dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan
hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan
keintiman, sedang yang tidak mampu
melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
7.
Generativy vs self absorbtion
( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain
di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman
di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan,
khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap - tahap silam, ia memperoleh
banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
8.
Ego integrity vs Despair (
dewasa lanjut )
Memasuki masa ini, individu akan menengok
masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan
menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan
timbul kekecewaan yang mendalam.
D.
KOHLBERG (PERKEMBANGAN
MORAL)
1.
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
3.
Purna Kkonvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan
buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian
diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya
serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
E.
HUROLCK (PERKEMBANGAN
EMOSI)
Menurut Hurlock, masa bayi
mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah
mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi
sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional
sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang
diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul.2008. Pengantar
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Dr. Nursalam, dkk.2005. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anak-part-2/
http://ridwanamirudin.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar