TERIMA KASIH WAHAI PARA SISWA-SISSWI KU
SD NEGERI TEGAL WANGI
Apa yang terjadi pada kita, sekali lagi
seperti posting yang sudah2 bukanlah sebuah kebetulan, dan aku gak
percaya sama namanya kebetulan, yang bener aja klo tiap hari Tuhan
ngelempar dadu cuma untuk mengundi siapa yang akan dapat rejeki dan
siapa yang bakal dapat musibah hari ini, sungguh pikiran yang konyol.
Apa yang terjadi pada kita adalah agenda
dari Tuhan dan buah dari perbuatan kita sendiri. Kita bego ya karena
kita malas, kita pandai ya karena kita rajin, udah bego otaknya gak
diasah kok pengen pintar? ngaca deh.
Nah bicara soal tanam menanam dalam
konteks sikap, aku lumayan hati2 untuk enggak mengata2i muridku, klopun
marah aku tetap sebatas meninggikan suara dan mengajukan pertanyaan yang
realistis untuk dia cerna benar salahnya, aku menghindari sebisa
mungkin kata2 makian.
Waktu SMA di Moeha Jogja aku pernah
diceritain sama guruku tentang guru beliau, konon jaman sekolahnya
guruku itu super duper bodo, sampai kakek guruku bilang klo guruku itu
otaknya cuman separo. Mirip seperti Einstein yang dapet nilai fisika F
di bangku sekolah dan jadi ilmuwan Fisika terbesar sepanjang zaman?
Do you know what’s happen the next?
guruku tumbuh dengan perasaan ingin mengalahkan persepsi gurunya
tersebut, di jaman SMAku guruku adalah guru yang otaknya paling encer,
jarang marah biarpun kelasnya kek kapal pecah, meski dia hanya guru
matematika biasa tapi dia bisa menghitung dengan baik rumus2 rumit yang
digunakan oleh para arsitek untuk membangun Sydney Opera , kenapa bentuk
seperti itu semennya enggak pada jatuh, dengan bahasa yang mudah
ditangkap muridnya, tapi suer gw udah lupa dulu neranginnya gimana.
Beliau juga sering membawa peralatan
aneh untuk menjelaskan materi yang sulit dipahami semacam logisme,
diferensial dan integral dan pemakaiannya di lingkungan nyata. Tapi yang
paling nonjok adalah ketika beliau masuk kuliah S2 ternyata beliau
masuk bareng kakek guru tersebut dan sewaktu ujian, justru kakek guruku
itu yang nyontek habis2an kerjaan guruku.
Saat ini posisiku mungkin sama seperti
kakek guruku, menjadi seorang pendidik juga, dengan anak2 didik yang
sebagian susah diatur, sulit mencerna materi yang disampaikan, gampang
ilang fokus, tapi sebisa mungkin aku menahan diri untuk enggak ngata2in
mereka meski mereka terkesan enggak menghargai proses transfer ilmu yang
sedang kuberikan.
Tapi aku ingat, kecerdasanku hari ini sebagai guru mereka tidak lebih sekedar karena aku lebih dulu tahu dibandingkan dengan mereka,
aku lebih dulu belajar materi yang kuajarkan dibanding mereka, bukan
karena aku lebih pandai, bukan karena aku lebih cerdas dari mereka.
Sebagian dari mereka yang telah
meninggalkan bangku sekolah, justru memiliki prestasi yang lebih tinggi
daripada prestasiku di umur yang sama bahkan dengan umurku yang saat
ini, karena itu aku meyakini, masalah kecerdasan, kehebatan dan kekayaan
pengetahuan seseorang saat ini bukanlah jaminan seseorang akan tetap
lebih cerdas dibanding mereka yang dulunya kalah jauh darinya.
Menjadi guru atau dosen yang killer dan kejam bukan pilihanku, menjadi guru yang killer tidak baik untuk kesehatan,
baik kesehatan secara jasmani karena setiap saat merasa dibikin keki
sama muridnya yang buntutnya bikin pengen marah2 terus, dan kesehatan
rohani karena didoain jelek2 mulu sama murid2nya. Semoga gak panjang
umur, dicepetkan masuk sorga, jadi perawan tua, dan sederet doa super
kejam lainnya.Siapa yang menanam bibit yang baik ia akan menuai hasil
yang baik.
Sumber: http://anotherorion.com/menuai-yang-ditanam/?upm_export=doc
0 komentar:
Posting Komentar