Pages

Rabu, 15 Februari 2017

KEPEMIMPINAN UNTUK UMAT


KEPEMIMPINAN yang berasal dari akar kata pemimpin dimaksudkan sebagai suatu proses memberikan arahan/bimbingan/perintah kepada orang lain dalam memilih/mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tentang siapa yang disebut pemimpin bila didasarkan kepada keterangan Nabi Muhammad saw adalah semua kita. kullukum raain  wa kullukum mas-ulun an raiyyatih, artinya setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggunganjawab atas kepemimpinannya.
Bila dicermati ada beberapa istilah yang dapat mewakili kata/terjemahan pemimpin, antara lain, imam, rain, khalifah, dll. Imam mengesankan pemimpin yang di depan, memberi komando kepada anak buah/pengikut yang dipimpinnya. Tentu saja di sini juga terkandung maksud bahwa sang imam harus berfungsi memberikan teladan. Sedangkan rain dikesankan sebagai pemimpin yang berada di tengah-tengah jamaah/pengikutnya, bersikap merakyat untuk memberi motivasi, membangun karsa, menggerakkan jamaah agar melakukan/tidak melakukan suatu perbuatan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Adapun khalifah, dikesankan sebagai pemimpin yang berada di belakang dengan sikap tutwuri handayani, mengayomi dan memberikan dorongan dari belakang kepada para jamaah/pengikutnya. Kesan makna seperti tersebut di atas bukanlah suatu kemestian, dan masih dapat dipahami.
Ditinjau dari segi cara memperoleh posisi dan fungsi kepemimpinan dapat diperoleh dengan cara: Pertama, sebagai warisan, turun temurun. Seperti kepemimpinan pada masa raja-raja zaman dahulu; sebagian kiai di beberapa pesantren salafiyah, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dll. Kedua, melalui penunjukan. Model ini dilakukan oleh pejabat tertentu yang atas kehendaknya sendiri atau karena perintah undang-undang/peraturan harus melakukan penunjukan. Seperti pemimpin di sebuah perusahaan atau instansi pemerintah. Ketiga, melalui pemilihan secara demokratis oleh anggota/rakyat/umat. Mereka sengaja mencari/memilih pemimpin untuk mereka ikuti/patuhi perintahnya. Dengan cara ini pemimpin memperoleh mandat/kepercayaan dari rakyat/umat langsung, karenanya mereka seharusnya secara moral harus turut memberikan kontribusi atas kepemimpinan seseorang dan turut bertanggungjawab atas keberhasilan dari sang pemimpin yang telah mereka pilih. Misalnya pemimpin partai politik, pemimpin Muhammadiyah di semua tingkatan, dll. Keempat, dengan proses kombinasi antara pemilihan dan penunjukkan. Calon pemimpin dipilih terlebih dulu oleh kelompok yang berwenang (sesuai kesepakatan), lalu dikuatkan dengan SK oleh badan tertentu. Misalnya rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah, walaupun telah diproses dan dipilih oleh anggota senat tetap saja belum dapat berfungsi sebagai rektor sampai dengan ada SK PP Muhammadiyah dan dilanjutkan dengan serah terima jabatan dari rektor lama. Bahkan sesuai dengan Qaidah Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, PP Muhammadiyah dapat mengambil kebijakan tertentu (mungkin berbeda dengan hasil pemilihan yang dilakukan oleh senat universitas) dan mengangkat nama lain demi kemaslahatan yang lebih besar bagi persyarikatan.
Secara prinsip pemimpin memiliki kewenangan melakuan upaya mempengaruhi pihak lain/bawahan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu tanpa merasa ada tekanan/paksaan. Pemimpin tidak sekadar memerintah/mengepalai crang-orang tertentu/ bawahan. Justru mereka hendaknya diberikan pengertian dan arahan, mereka perlu diajak bicara tentang berbagai hal sehingga mereka memiliki kesadaran untuk berpartisipasi aktif dan turut bertanggung jawab atas terlaksana dan tercapainya tujuan bersama.
Banyak hal yang harus diketahui disadari oleh pemimpin sehingga dirinya dapat melakukan tugasnya dengan baik dan tepat, antara lain:
1 Para pemimpin harus mengetahui secara pasti tentang bidang tugasnya, agar dapat lebih memperjelas pelaksanaan, arahan dan efektifitas,
2. Pemimpin harus memiliki kepekaan/kepedulian terhadap keadaan/perkembangan lingkungannya;
3. Pemimpin harus mampu melakuan hubungan kerja/koordinasi dengan baik ke dalam maupun ke luar institusinya;
4. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan secara tepat, baik dilihat dari segi waktu maupun materi.
Untuk kalangan umat Islam khususnya persyarikatan Muhammadiyah, para pemimpin di semua tingkatan, karena berfungsi sebagai pemimpin umat semestinya memahami dan melaksanakan secara seksama hal-hal berikut ini:
1. Pemimpin tidak boleh minta diistimewakan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi disebutkan bahwa tak seorangpun yang tidak mencintai Rasulullah saw, (namun) apabila mereka mengerti Rasul (tiba) mereka tidak lalu berdiri (untuk menghormat) karena mereka tahu bahwa hal itu adalah terlarang
Sementara dalam hadist lain diriwayatkan bahwa Muawiyah tatkata keluar menyuruh duduk kepada Abdullah bin Zubair dan lbnu Sofyan, sambil mengucap: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, barangsiapa yang menyukai orang untuk berdiri guna menghormatinya, maka tempatnya adalah di neraka (H.R. Turmudzi).
2. Pemimpin tidak boleh hanya mementingkan dirinya sendiri. Dalam hadist yang diriwayatkan Abu Dawud dinyatakan bahwa Rasulullah melarang 3 hal: pertama, agar jangan sampai ada imam yang berdoa untuk dirinya sendiri; kedua, agar jangan ada di antara kita mengintai-intai rumah orang lain sebelum diijinkannya; dan ketiga, agar seseorang tidak melakukan shalat saat dirinya masih berat (karena mengantuk) sampai merasa ringan.
3. Pemimpin tidak boleh memberatkan umat, karena ia adalah pelayan mereka. Pernah suatu saat Nabi agak marah karena dilapori imam terlalu panjang bacaannya, lalu bersabda. Wahai manusia sesungguhnya kalian itu bermacam-macam. Siapapun yang menjadi imam buat manusia berbuatlah sedang-sedang saja, karena sesungguhnya di belakang imam ada orang yang sudah lemah, ada yang tua dan ada pula yang masih mempunyai keperluan (HR Bukhari).
4. Pemimpin bertanggungjawab secara pribadi jika bersalah, tidak dibebankan kepada umat. Uqbah bin Amir mengatakan, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: Barangsiapa menjadi imam buat manusia, lalu ia biasa menepati waktu, rnaka pahala untuknya dan untuk yang dipimpin. Dan barangsiapa memimpin tetapi tidak menepati waktu (bersalah), maka dosanya (tanggungjawabnya) atasnya, bukan atas yang dipimpin (HR Abu Dawud).
5. Pemimpin ikut bertanggungjawab atas kesalahan orang yang dipimpinnya. Sabda Rasul saw: Orang-orang melakukan shalat karena pimpinanmu, jika mereka benar kamu ikut benar, dan jika mereka melakukan kesalahan, kamu dan mereka akan bertanggung jawab (HR Bukhari).
6. Pemimpin harus tetap hormat kepada pimpinan atasan yang mengangkatnya. Cukup banyak nash yang dapat dijadikan sandaran atas pikiran ini, a.l. firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah, patuhi Rasul dan ikuti para pemangku kekuasaan (pemimpin) di antara kamu (Q.S. An-Nisa: 59)
7. Pemimpin harus bersedia menerima kritik dan saran dari siapapun termasuk dari bawahannya asal wajar dan obyektif. Selain itu pemimpin harus mempercayai bawahannya yang jujur dan taat . Diriwayatkan dalam hadist yang agak panjang dengan riwayat Bukhari, intinya adalah sebagai pemimpin umat Rasulullah saw: a. mempercayai laporan intelnya; b. meminta pendapat para sahabat terhadap gagasan yang dilontarkannya, dan c. menerima saran Abu Bakar yang proporsional sehingga dapat mengurangi kemasygulan yang terjadi
8. Pemimpmn hendaknya jangan berbuat sewenang-wenang Dalam hadist riwayat Muslim dinyatakan bahwa Hisyam bin Hakim ketika menyaksikan penyiksaan terhadap manusia dan dijemurnya manusia tersebut di tempat panas di negeri Syam, mengucap: Sungguh aku dengar dari Rasulullah saw bahwa Tuhan akan mengazab pemimpin yang pernah mengazab rakyatnya di dunia
9. Menjadi pemimpin berarti memegang amanat Allah. Coba cermati makna hadist berikut ini. Dari Abuzar ra katanya: Pernah saya berkata kepada Rasulullah saw apakah tuan tak dapat mengangkat saya menjadi pegawai tuan? Beliau menepuk bahu saya dengan tangannya seraya berkata, Hai Abuzar, anda ini orang yang lemah, sedang pekerjaan (jabatan) itu amanat Allah yang kelak pada hari kiamat. mungkin membawa kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memenuhi syarat dan menjalankannya dengan wajar menurut mestinya (HR Muslim).
Dalam hadist lain dari Aisyah katanya: Aku dengar Rasulullah saw berdoa di rumah saya ini; Ya Allah, persulitlah bagi siapa yang memegang suatu tanggungjawab atas umatku, lalu mempersulit mereka; dan berlunaklah ya Allah bagi siapa yang memegang suatu tanggungjawab atas umatku, lalu bersikap bijaksana dalam membimbing mereka (HR Muslim).
10. Pemimpin tidak dibenarkan membuka aib bawahannya terutama di depan umum dalam kondisi bagaimanapun.
Penulis adalah Rektor Universitas Prof. Dr. Hamka, Jakarta


-----------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 2  2002

Kamis, 09 Februari 2017

BEEBAKTI KEPADA ORANG TUA


Saya Kopas dari(Bambang Priyo Darminto)


Wujud Perjuangan dan Kasih Sayang Orang Tua
Allah SWT menciptakan manusia dalam empat cara, yaitu (1) menciptakan manusia langsung dari tanah, yaitu Adam, (2) menciptakan manusia dari tulang rusuk Adam, yaitu Hawa, (3) menciptakan manusia melalui perempuan meskipun tanpa laki-laki, yaitu Isa Almasih, dan (4) menciptakan manusia melalui perempuan (ibu) dan laki-laki (bapak). Tiga cara pertama penciptaan manusia oleh Allah dilakukan hanya sekali, sedangkan cara penciptaan yang ke-empat merupakan cara Allah menciptakan manusia pada umumnya. Jadi, kedatangan manusia ke dunia ini melalui seorang laki-laki dan perempuan.
Manusia diciptakan oleh Allah melalui seorang ibu dan bapak sebagai orang tua kita. Melalui perjuangan yang luar biasa, ibu dan bapak berusaha menyelamat-kan anaknya, baik ketika masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Ibu telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan dengan menanggung kepayahan, keletihan dan kesakitan. Di saat itu pula bapak berusaha agar beban yang ditanggung oleh ibu tidak terlalu berat. Dalam setiap periode tertentu ibu diperiksakan ke dokter agar bayi yang dikandungnya sehat dan lahir dengan sela-mat. Ketika hendak melahirkan, perasaan ibu gelisah, takut, dan sakit menjadi satu. Di saat itulah nyawa seorang ibu dipertaruhkan semata-mata demi melahirkan seorang anak ke dunia. Sementara itu bapak berdoa agar istrinya dapat melahirkan dengan selamat dan anak yang dilahirkannya juga selamat.
Setelah kita lahir ke dunia, mulai dari bayi sampai kurun waktu tertentu kita dipelihara dan dijaga dengan penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Semasa bayi kita disusui ibu, disuapi makanan, dimandikan, diayun, dan dibuai. Kalau kita sakit, ibu dan bapak gelisah. Dengan susah payah mereka memerik-sakan ke dokter serta mencarikan obat agar kita cepat sehat kembali. Kedua orang tua selalu menjaga agar kesehatan kita tetap baik. Mereka berupaya agar pertumbuhan fisik dan rohani kita normal. Mereka mengajari kita duduk, berdiri, berjalan, bercakap-cakap, bermain dan mengenalkan ilmu pengetahuan. Mereka jugalah yang mengajari kita untuk beribadah kepada Allah dan memperkenalkan kebesaran-Nya. Mereka berusaha menyediakan segala keperluan seperti sandang, pangan, dan papan, termasuk pula kebutuhan pendidikan. Kita dimasukkan ke sekolah dasar, sekolah menengah dan mungkin sampai ke perguruan tinggi agar kita menjadi orang alim. Kita dibekali pengetahuan dan ajaran agama agar kita menjadi orang yang sholeh atau sholekhah dan berakhlak mulia sebagai bekal untuk kehidupan di masa depan. Demikianlah harapan dan idaman ibu dan bapak terhadap anak-anaknya.
Ibu dan bapak benar-benar telah berjasa kepada kita. Alangkah beratnya beban yang ditanggung orang tua kita. Alangkah murninya kasih sayang dan cinta orang tua kepada anaknya. Jasa mereka tak ternilai harganya. Lalu, apakah yang harus kita lakukan terhadap orang tua kita ? Tidak ada kata lain kecuali harus berbuat baik dan berbakti kepada mereka.
Rasulullah saw bersabda :
ïnî} 9îe ãqîe ã Ìî6îA éY  ê ã ÌNîA p ïnî} 9îe ã qîe ã äîM < éY ê ã äîM <
Ridho Allah tergantung (menurut) ridho orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orang tua. [HR. Ibnu Hibban]





2. Perintah Allah SWT tentang Keharusan Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua termasuk akhlaqul karimah (akhlak mulia/akhlak terpuji). Allah SWT memerintahkan bahwa setiap manusia untuk beribadah kepada-Nya, berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, patuh, menyayangi dan mendoakan mereka. Karena itu, berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban bagi setiap mukmin. Perintah Allah SWT tersebut disampaikan melalui firman-Nya dalam Al-Quran di beberapa surat dan ayat sebagai berikut,

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu [QS. Luqman :14]


       Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung-nya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa . [QS.Al-Ahqaaf : 15]


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia [23]Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"  [QS. Al-Israa : 23- 24].
               
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,  [QS. An-Nisaa : 36]

Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perbuatan mulia. Meskipun demikian, kadang-kadang ada di antara kita terdapat perbedaan dalam hal konsep berpikir, atau bahkan ada kalanya berbeda keyakinannya. Namun demikian, Islam tetap mengajarkan bahwa setiap anak harus tetap berbuat baik kepada orang tua. Allah SWT berfirman,

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan [QS. Luqman :15]

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
[QS. Al-Ankabuut : 8]

3. Beberapa Contoh Hadits tentang Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua.

Rasulullah saw bersabda :
Barang  siapa yang merasa gembira jika umurnya panjang dan rizqinya luas, maka berbaktilah kepada kedua orang tua dan mempererat silaturrahim.
[HR. Ahmad]

Rasulullah saw bersabda :
Sesunggahnya ada seorang laki-laki yang terhalang rizqinya karena dosa yang diperbuat. Dan tiada mampu menolak ketentuan qodar kecuali doa, begitupun tidak ada yang dapat menambah umur keculai berbuat baik.
[HR. Ibnu Majjah]

Rasulullah saw bersabda :
Barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dia akan memperoleh keberuntungan yang besar dan Allah akan menambah umurnya.
[HR. Ibnu Yala]


4. Beberapa Contoh Kisah Teladan tentang Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua

Kisah-kisah teladan di bawah ini di ambil dari perilaku Rasulullah saw dalam beberapa hadits. Kisah ini perlu kita renungkan, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.



Kisah 1 :
Dikisahkan ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw, lalu ia berkata : Ya Rasulullah, saya ini mau berjuang tetapi saya tidak mampu. Sabda Rasulullah : Apakah kedua orang tuamu masih hidup?. Ia menjawab: Ya, ibuku. Sabda Rasulullah : Berdoalah kepada Allah dan senantiasa berbakti kepadanya. Jika kamu mengerjakan yang demikian, artinya kamu sama dengan mengerjakan ibadah haji, umrah, dan berjuang.

Kisah 2 :
Ada sebuah kisah bahwa dahulu ada tiga orang yang terperangkap dalam sebuah goa karena tiba-tiba ada batu besar yang menutup pintu goa, sehingga mereka tidak dapat keluar. Mereka merasa sangat bingung dan berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan diri. Kemudian salah seorang dari mereka mengatakan kepada yang lainnya : Carilah amal kebajikan yang kalian kerjakan yang murni karena Allah SWT. Kemudian berdoa kepada Allah dengan harapan semoga Allah Azza Wa  Jalla mengabulkan doanya untuk menghilangkan batu itu.
Selanjutnya salah seorang diantara mereka berkata : Ya Allah, sesungguhnya aku punya kedua orang tua yang renta, dan aku tidak pernah memberikan minuman maupun harta kepada keluargaku sebelum aku memberikan kepada kedua orang tuaku. Pekerjaanku hanya mencari kayu dan  suatu hari aku ke rumah mereka untuk menyampaikan sesuatu minuman tetapi mereka. Karena hari telah larut maka meeka telah tidur.  Aku tetap tidak mau memberikan minum susu itu kepada keluargaku sebelum mereka berdua.Akupun hanya berdiam diri membawa mangkok hingga terbit fajar sampai mereka bangun dan minum minuman yang aku bawa semalam. Ya Allah, aku melakukan itu semua demi mencari keridhaan-Mu, lantaran itu, renggangkanlah batu yag menghalangi kami.Akhirnya batu itu sedikit demi sedikit merenggang, akan tetapi mereka tidak dapat keluar. Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa salah seorang dari mereka berkata : Aku punya anak kecil, aku adalah pengembala hewan jika aku pulang selalu memeras susu buat orang tuaku sebelum anak-anakku.
Suatu ketika pekerjaan mencari kayu amat menjauhkan aku, sampai sore aku belum datang, sampai aku melihat mereka tertidur. Akupun memeras susu sebagaimana kebiasaanku. Kemudian aku berdiri di samping mereka, aku tidak mau membangunkan mereka dan aku tidak akan memberikan susu buat anak-anakku sekalipun anak-anak menangis di telapak kakiku. Keadaan ini berlangsung sampai fajar tiba, dan tahukah engkau bahwa aku melakukan ini hanya demi mencari keridhaan-Mu, maka renggangkanlah batu ini agar aku dapat melihat langit. Maka Allah SWT merenggangkan batu ini sampai mereka dapat melihat langit lagi sehingga mereka dapat keluar dari goa dan kembali ke rumahnya masing-masing.

Kisah 3 :
Abu Ubaidah berkata : Saat datang ke Madinah datanglah Abdullah bin Umras, dia berkata : Apa kamu tahu mengapa aku datang ke sini?. Aku menjawab : Tidak!. Dia berkata : Sebab aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Barang siapa ayahnya sudah meninggal dan masih ingin menyambung persaudaraan, maka bersambunglah pada teman-teman ayahnya.Karena ayahku ada tali persaudaraan dan rasa cinta, maka akupun ingin menyambung lagi.
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya sikap yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung pesaudaraan dengan saudara yang menjadi kesayangan ayahnya.

Kisah 4 :
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw kemudian berkata : Ya Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar, masih adakah kesempatan untuk bertaubat?Rasulullah saw menjawab : Apakah kamu mempunyai ibu? Dia menjawab : Tidak punya. Beliau kembali bertanya : Apakah kamu mempunyai bibi? Dia menjawab : Ya, punya. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda : Maka berbaktilah kamu kepadanya!
Kisah 5 :
Suatu hari Ibnu Masud ra. bertanya kepada Rasulullah SAW. : Ya Rasulullah, amal apakah yang paling yang dicintai oleh Allah?Rasulullah SAW menjawab : Shalat tepat waktu Ia bertanya lagi : Apa lagi ya Rasulullah?
Beliau menjawab : Berbaktilah kepada orang tua. Ia bertanya lagi : Apa lagi ya Rasulullah?Beliau menjawab : Berjuang di jalan Allah.


4. Tindakan Operasional Berbakti kepada Orang Tua

Syekh Muhammad bin Zameel Zeeno menyebutkan tentang tindakan operasional yang dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk atau pedoman dalam berbakti kepada orang tua.  Beberapa tindakan tersebut, antara lain sebagai berikut :
Selalu berbicara sopan kepada orang tua, jangan menghardiknya, karena berkata AH saja dilarang, apalagi sampai mengomel atau bahkan memukul mereka berdua. Naudzu billahi min dzalik.
Selalu taat kepada keluarga, selama tidak untuk kemaksiatan kepada Allah SWT.
Selalu lemah lembut, jangan bermuka masam di hadapan mereka berdua.
Selalu menjaga nama baik, kehormatan dan harta mereka berdua, dan tidak mengambil sesuatu tanpa seizinnya.
Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka berdua, meskipun tanpa peritahnya.
Selalu bermusyawarah dengan mereka dalam setiap masalah kita, dan minta maaf dengan baik jika kebetulan kita berbeda pendapat.
Selalu bersegera, jika mereka memanggil.
Selalu menghormati sanak kerabat dan kawan-kawan mereka.
Jangan membantah mereka dengan perkataan yang kasar, jangan kita mengeras-kan suara dia atas suara mereka tetapi sopan dalam menjelaskan masalah.
Selalu membantu ibu dalam pekerjaan di rumah, dan selalu membantu ayah dalam pekerjaan di luar rumah (mencari nafkah).
Selalu mendoakan mereka berdua.
Jangan masuk ke tempat (ke kamar) mereka, sebelum mereka mengizinkan.
Jangan mendahului mereka dalam makan, dan hormatilah mereka dalam makan dan minum.
Jangan mencela mereka, jika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik.
Jika telah mampu mencari rizki, maka bantulah kedua orang tua kita.
Bangun dari tempat duduk atau tempat tidur, jika mereka datang.
Jika meminta sesuatu dari orang tua, maka mintalah dengan lemah lembut, berterima kasihlah atas pemberian mereka, dan maafkanlah mereka jika mereka menolak permintaanmu serta janganlah banyak-banyak meminta agar tidak mengganggu mereka.
Jangan pergi sebelum mereka belum mengizinkan, meski urusan penting. Jika sangat terpaksa maka minta maaflah kepada mereka.
Memperbanyak dalam mengunjungi mereka dan memberi hadiah, sampaikan terima kasih atas segala jerih payah mereka
Orang yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibumu, kemudian ayahmu. Ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Ketahuilah bahwa doa kedua orang tua tentang kebaikan atau keburukan akan diterima oleh Allah SWT. Berhati-hatilah terhadap doa mereka yang jelek.
Usahakan tidak menyakiti orang tua dan menjadikan mereka marah sehingga kamu merana di dunia dan di akhirat.
Kedua orang tuamu mempunyai hak atas kamu dan istrimu juga mempunyai hak atas kamu. Jika suatu ketika mereka berselisih, maka usahakan kamu pertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.
Bersopan-santunlah kepada setiap orang tua, karena orang yang mencaci orang tua lain (selain ibu-bapa) sama dengan mencaci orang tuanya sendiri.


5. Doa untuk Orang Tua

Menjadi anak yang shaleh juga termasuk wujud dari berbakti kepada kedua orang tua, karena anak yang shaleh yang senantiasa mendoakan  kedua orang tua menjadi amal jariyah bagi mereka berdua. Anak yang sholeh atau sholekhah tentu berharap agar orang tuanya hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Rasulullah pernah bersabda :

Diantara dosa-dosa besar ialah cacian sesorang kepada kedua orang tuanya, mencaci ayah orang lain maka ia mencaci ayahnya sendiri, mencaci ibu orang lain, maka ia mencaci ibunya sendiri.


Wahai Tuhanku , ampunilah dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah mereka berdua, sebagaimana keduanya mengasihani aku semasa kecil.
, sebagaimana hadist di bawah ini :
 Jika anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu : Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang selalu mendoakan baginya (kedua orang tua)..
Rasulullah SAW.bersabda :
Diantara dosa-dosa besar ialah cacian sesorang kepada kedua orang tuanya, mencaci ayah orang lain maka ia mencaci ayahnya sendiri, mencaci ibu orang lain, maka ia mencaci ibunya sendiri.
Oleh karena itu, hendaknya setiap anak mendoakan orang tuanya agar selamat di dunia dan dia khirat. Beberapa contoh doa anak kepada orang tua yang diambil dari Al-Quran adala sebagai sebagai berikut :

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya (orang tua), sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".  [QS. Al-Israa : 24]

Ya Tuhan kami, berilah ampunan kepadaku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"  [QS. Ibrahim :41]
 "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [QS. Al-Hasyr : 10]
Demikian beberapa hal yang penting untuk kita ketahui tentang berbakti kepada orang tua. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Purworejo, Januari 2005
Bambang Priyo Darminto
KBNC115 Purworejo-Jawa Tengah