Poto Bersama Petugas PUSKESMAS
Siswa-siswi SD Negeri Tegalwangi, 02 Maret 2019 memulai dengan suntik vaksin difteri. Seperti yang terlihat di SD Negeri Tegalwangi di Kelas V, Grogol - Cilegon. Sebanyak 222 murid yang terdaftar di SD Negeri Tegalwangi Grogol Cilegon sedang dalam menjalani suntik difteri. "Hari ini kami melakukan suntik difteri untuk anak-anak kelas 1 sampai kelas 6, jumlahnya 175 murid," kata Yeti Suharyati, S. Pd. salah satu Guru SDN Tegalwangi yang ditugaskan dalam mengkoordinir dan memfasiltasi kegiatan suntik difteri yang dilakukan oleh PUSKESMAS Grogol, menurut Yeti Suharyati, kegiatan suntik difteri merupakan salah satu upaya mencegah Penyebaran Difteri khususnya di SDN Tegalwangi agar para siswanya terbebas dari penyakit difteri sehingga dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Seperti yang disampaikan Hj. Umi Kulsum Selaku Pemegang program Imunisasi di PUSKESMAS Kecamatan Grogol, Imunisasi ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menekan penyebaran infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta berpotensi mengancam jiwa anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit difteri yang menyerang anak-anak.
Surat ORI Difteri
Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus Difteri, masyarakat dianjurkan untuk memeriksa status imunisasi putra-putrinya untuk mengetahui apakah status
imunisasinya sudah lengkap sesuai jadwal.
''Jika belum lengkap, agar dilengkapi'', Masyarakat juga dihimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker bila sedang batuk dan segera berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat jika anggota keluarganya ada yang mengalami demam disertai nyeri menelan, terutama jika didapatkan selaput putih keabuan di tenggorokan.
''Masyarakat perlu mendukung dan bersikap kooperatif jika di tempat tinggalnya diadakan ORI (Outbreak Response Immunization) oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat,'' kata Oscar.
Gejala Difteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae.
Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38C, munculnya pseudomembran / selaput di tenggorokan yang berwarna putih
keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang2 disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan
lunak leher yang disebut bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan / suara mengorok.
Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan terutama anak-anak.
Cegah Difteri dengan Imunisasi
Pencegahan utama Difteri adalah dengan imunisasi. Indonesia telah melaksanakan Program imunisasi termasuk imunisasi.
Difteri sejak lebih 5 dasa warsa. Vaksin
untuk imunisasi Difteri ada 3 jenis, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster)
pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin PT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2
diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.
Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%.
Munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah.
Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak
lengkap imunisasinya. @bahrudin2019
Berikut Keterangan videonya
Seperti yang disampaikan Hj. Umi Kulsum Selaku Pemegang program Imunisasi di PUSKESMAS Kecamatan Grogol, Imunisasi ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menekan penyebaran infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta berpotensi mengancam jiwa anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit difteri yang menyerang anak-anak.
Difteri sejak lebih 5 dasa warsa. Vaksin untuk imunisasi Difteri ada 3 jenis, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin PT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.
Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%. Munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah. Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. @bahrudin2019