SDN Tegalwangi Grogol Kota Cilegon mengirimkan Gurunya Mengikuti program PKP Zonasi yang di Selenggarakan di SDn Bujang Gadung. Dari sekian jumlah peserta SDN Tegalwangi diantaranya adalah Ibu Sarinten, M. Pd dan Hj. HILIYAH, S. Pd. Yang keduanya adalah Guru Kelas Atas.
"KUNCI proses pembelajaran yang baik dan benar di sektor pendidikan adalah kualitas guru. Oleh sebab itu pemerintah terus memperketat seleksi penerimaan guru".
“Selain itu, untuk memperbaiki model
pelatihan dan pembelajaran bagi guru ke depannya akan diberlakukan sistem zonasi,” kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Supriano, dalam acara Pertemuan Ilmiah Matematika di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, Rabu (20/2/2019).
Selama ini, kata Supriano, program pengembangan kompetensi guru didasarkan pada hasil Uji Kompetensi Guru, yang lebih memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru terutama dalam kompetensi pedagogi dan profesional. Seiring dengan meningkatnya tantangan peningkatan mutu pendidikan, dipandang mendesak untuk dilakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan guru yang bermuara pada hasil peserta didik.
Salah satu upaya Kemendikbud melalui Ditjen GTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa adalah menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Program ini merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD, atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, dan musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Komunitas guru dan tenaga kependidikan (PKG/KKG/MGMP/MGBK) memegang peranan penting dalam keberhasilan program ini. Di antara peran tersebut adalah melakukan pendataan terhadap anggota komunitasnya. Pendataan ini penting karena.
Komunitas juga berperan dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan program PKP Berbasis Zonasi di kelompok kerja masing-masing. Koordinasi mungkin melibatkan dinas pendidikan setempat, PPPPTK/ LPPPTK-KPTK/ LP2KS, LPMP, balai, maupun UPT. Komunitas juga diharapkan melakukan evaluasi secara internal berkenaan dengan pelaksanaan program PKB Berbasis zonasi di kelompok kerjanya. Lebih lanjut, komunitas yang mendapatkan bantuan pemerintah untuk pelaksanaan program PKP berbasis zonasi wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan program kepada UPT pemberi bantuan pemerintah.
Begitu dominannya peran komunitas guru dan tenaga kependidikan pada program PKP berbasis zonasi ini menuntut seluruh guru terdaftar dan terlibat aktif di komunitas sesuai jenjang masing-masing.
Komunitas merupakan ujung tombak wadah untuk berbagi dan mencari solusi mengenai masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru di daerah masing-masing. Program PKP Berbasis Zonasi ini diharapkan dapat menghidupkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan komunitas dengan lebih bersemangat. Melalui PKG/KKG/MGMP/MGBK, pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera tercapai.
Selasa, 21 Oktober 2019 Dinas Kesehatan Kota Cilegon Melakukan Sosialisasi Pangan Jajan Anak Sekolah Di SDN Tegalwangi yang dihadiri Beberapa Pertugas Yakni Eti Rohmawati dan Rani Asmania dengan di temani beberapa oranng lainnya. Pada SDN tegalwangi yang di Dapmpingi oleh Pembina UKS Yeti Suharyati, S. Pd Mengikutkan dari Kelas 4, 5 dan 6 yang diwakili 50 Anak dari Seluruh siswa anak SDN Tegalwangi.
Dalam kesempatan tersebut kepala SDN tegalwangi Bahrudin, M. Pd. Menyambut baik dan sangat berterima kasih atas kegiatan sosialisasi yang dilakukakn oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon yang menurutnya sangat bermanfaat bagi Guru, Orang, dan Masyrakat ( Orang tua siswa ) akan Informasi yang diperoleh oleg siswa-siswa yang mengikuti kegitan tersebut. PJAS ( Pangan Jajan Anak Sekolah ) Ini sangat mendukung Programn Sekolah dalam rangkan peningktan mutu Pendidikan, Kenapa demikian " karena Asupan gizi yang anak terima akan sangat mempengaruhi Kesehatan dan Kerja Otak dalam menimba Ilmu di Sekolah Ujar Bahrudin..
Pada Kegiatan Sosialisasi tersebut Anak anak sangat antusias untuk mengikuti kegiatan Sosialiasi PJAS yang dilaksanakan Dinkes Kota Cilegon, karena berbagai macam pendekatan dalam penyampaiannya sangat mnenarik dan membuat siswa enggan untuk bergeser dari tempatnya, terlebih anak lagi anak diberikan reward, seperti Makan Siang, Kaos, dan Susu kota...
Berikut kami informasikan tentang Pangan Jajanan Anak Sehat, Kenapa PJAS sangat penting diketahui Oleh Guru, Orang tua dan Siswa Berikut Penjelasannya; Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; serta peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dinyatakan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. Kondisi saat ini di Indonesia, khususnya pada anak-anak, masih mengalami masalah gizi ganda (double burden), yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi (Indikator IMT/U) anak usia 612 tahun dengan kategori sangat kurus 4,6%, kurus 7,6%, normal 78,6% dan gemuk 9,2%. Prevalensi status gizi (indikator TB/U) anak dengan kategori stunting (sangat pendek 15,1%, pendek 20%) dan normal 64,5%. Prevalensi anemia, berdasarkan data Depkes (2008) bahwa prevalensi anemia pada anak usia sekolah sebesar 47,2 %. Anak sekolah masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dengan gizi seimbang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein untuk anak umur 7–12 tahun berkisar antara 71,6–89,1% dan antara 85,1–137,4%. Namun data menunjukkan bahwa 44,4% dan 30,6% anak mengonsumsi energi dan protein di bawah angka kecukupan minimal (Riskesdas, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein anak sekolah, Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang tidak atau kurang sarapan dan tidak membawa bekal. Kontribusi zat gizi PJAS terhadap pemenuhan kecukupan gizi harian sebaiknya berkisar antara 15-20% (Tanziha, dkk, 2012). Berdasarkan Laporan Akhir Hasil Monitoring Dan Verifikasi Profil Keamanan PJAS Nasional tahun 2008, menunjukkan bahwa 98,9% anak jajan di sekolah dan hanya 1% yang tidak pernah jajan. Data selanjutnya menunjukkan bahwa PJAS menyumbang 31.06% energi dan 27.44% protein dari konsumsi pangan harian. PJAS selain berfungsi sebgai sumber pangan jajanan juga bisa berfungsi sebagai sumber pangan sarapan. Data menunjukkan bahwa hampir setengahnya siswa (52 %) memiliki kebiasaan sarapan kategori kadangkadang (≤ 3 kali per minggu) (Tanziha, dkk, 2012).
Dengan demikian kedudukan PJAS menjadi strategis serta keberadaannya merupakan suatu yang diharapkan. Tinggi proporsi anak sekolah yang tidak sarapan dapat disebabkan antara lain telat bangun dan ketidaktersediaan makanan sarapan dirumah.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi PJAS anak sekolah tergolong dalam kategori tinggi namun dalam prakteknya hal ini tidak mendasari pemilihan PJAS yang sesuai oleh anak sekolah. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan ketersediaan PJAS yang sesuai dilingkungan sekolah. (Tanziha, dkk,2012) Sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (RAN-PJAS) yang Aman, Bermutu dan Bergizi maka Pemerintah Kota Cilegon Melalui Dinas Kesehatan Kota Cilegon perlu mengupayakan pemberian informasi dan edukasi tentang pangan yang aman, bermutu dan bergizi seimbang termasuk PJAS. Untuk mendukung rencana aksi tersebut, yang pada Bulan dan tahun ini di selenggarakan di SDN Tegalwangi Grogol Cilegon.
KEBUTUHAN GIZI ANAK SEKOLAH
Kecukupan Gizi Anak Sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan seorang salah satunya dipengaruhi oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, mulai berkenalan dengan suasana, lingkungan dan kebiasaan baru dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan makan anak. Aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan seimbang. Agar stamina anak sekolah tetap bugar selama mengikuti kegiatan di sekolah, maka diharuskan sarapan pagi yang memenuhi kecukupan gizi. Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan berkisar 1/3 dari kebutuhan energi per hari. Pentingnya mengonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula darah tetap terkontrol baik, sehingga anak tetap konsentrasi terhadap pelajaran dan dapat melaksanakan aktivitas lainnya. Kecukupan zat gizi seseorang diantaranya dipengaruhi oleh umur. Golongan umur 10-12 tahun kecukupan zat gizinya relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan berat dan tinggi badan. Selain umur, jenis kelamin juga mempengaruhi kecukupan zat gizi. Adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antar jenis kelamin, mulai umur 10 tahun kecukupan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan
Jenis-jenis Zat Gizi
Anak sekolah memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki manfaat dan kerugian tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin A, contohnya kentang. Sedangkan beberapa makanan lain tinggi vitamin C tetapi kurang lemak, contohnya buah jeruk. Oleh karena itu konsumsi pangan sehari-hari harus beranekaragam untuk memenuhi berbagai kebutuhan zat gizi dan penyerapan zat gizi yang optimum. Peranan berbagai jenis bahan makanan yang dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi, dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna Makanan” yaitu sebagai sumber energi,sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Sumber Energi
a. Karbohidrat
Bahan pangan sumber karbohidrat antara lain: beras, jagung,gandum, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, dan hasil olahannya, dan gula murni. Konsumsi karbohidrat sederhana, terutama gula, sebaiknya dibatasi empat (4) sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan berakibat pada kelebihan konsumsi energi sehingga kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi tertinggi dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak menyediakan asam lemak esensial yang diperlukan tubuh, serta membantu penyerapan vitamin A,D,E dan K. Lemak dalam makanan berasal dari tumbuhan dan hewan. Lemak yang berasal dari tumbuhan, misalnya margarin, santan dan minyak kelapa sedangkan yang berasal dari hewan,misalnya daging, sus u dan telur.Konsumsi lemak berlebih berakibat pada peningkatan berat badan yang dapat berlanjut menjadi kegemukan. Kegemukan diketahui meningkatkan risiko terkena penyakit seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan kematian. Bagi anak yang mengalami obesitas, konsumsi lemak dan minyak dalam makanan seharihari maksimal 5 (lima) sendok makan.
Sumber Zat Pembangun
Protein
Protein berperan penting sebagai zat pembangun dalamstruktur dan fungsi sel. Protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan seseorang. Protein terdiri dari protein hewani dan nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan seperti susu, telur, daging ayam dan sapi, ikan, udang, kerang dan hasil olahannya. Sedangkan protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya. Kacangkacangan antara lain kacang kedelai, kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kacang mete, kacang koro, sedangkan hasil olahan kacang-kacangan antara lain tempe, tahu, oncom dan susu kedelai.
Sumber Zat Pengatur
a. Vitamin
Vitamin, berfungsi sebagai pengatur dan pelindung tubuh (menjaga kesehatan). Kekurangan vitamin (avitaminosis) dapat mengganggu kesehatan. Beberapa vitamin yang diperlukan tubuh, yaitu :
Vitamin A, berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan mata, seperti rabun senja. Vitamin A terdapat pada : hati, minyak ikan, daging, susu, sayuran dan buah berwarna orange.
Vitamin B, berfungsi mencegah penyakit beri-beri dan meningkatkan nafsu makan. Vitamin B terdapat pada : kacang hijau, daging, kulit beras dan sayuran.
Vitamin C, berfungsi mencegah sariawan, gusi berdarah, dan bibir pecah-pecah. Vitamin C terdapat pada buahbuahan: jeruk,tomat,pepaya dan sayuran
hijau.
Vitamin D, berfungsi membentuk tulang dan gigi,mencegah penyakit rakhitis dan osteoporosis. Vitamin D terdapat pada : susu, minyak ikan, kuning telur.
Vitamin E, berfungsi menyuburkan rambut, menghaluskan kulit, dan mencegah kemandulan. Vitamin E terdapat pada biji-bijian, sayuran, telur, mentega dan susu.
Vitamin K, berfungsi membantu proses pembekuan darah Vitamin K terdapat pada : bayam, tomat, dan wortel.
Mineral
Mineral berfungsi untuk pertumbuhan, perkembangan dan membuat tubuh tetap sehat. Tubuh memanfaatkan mineral untuk berbagai fungsi mulai dari membangun tulang yang kuat sampai mentransfer kerja syaraf tubuh. Beberapa mineral juga berfungsi membuat hormon dan menjaga denyut jantung normal.
Zat besi
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membawa oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disamping itu juga berperan dalam pembentukan hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah untuk membawa oksigen keseluruh tubuh. Pangan yang merupakan sumber zat besi antara lain: daging sapi, daging kambing, hati, ikan tuna dan salmon, telur dan kacang-kacangan. Kekurangan zat besi akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan gejala wajah pucat dan badan cepat lemah/letih.
Kalsium
Kalsium adalah mineral yang berhubungan dengan kesehatan tulang dan gigi, serta membantu proses pembekuan darah. Sumber pangan yang mengandung
kalsium antara lain produk olahan susu, keju dan yogurt, ikan salmon dan sarden khususnya dengan tulangnya,sayuran berdaun hijau misalnya brokoli. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis (keropos tulang), nyeri otot tulang, kekebalan tubuh berkurang dan daya ingat berkurang.
Iodium
Berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh.Iodium juga penting untuk perkembangan otak. Iodium dapat bersumber dari garam beriodium, susu, telur, ikan, udang, kerang, dan ganggang laut. Kekurangan iodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok atau dikenal dengan penyakit gondok. Penyakit gondok banyak ditemukan pada anak perempuan umur 9-13 tahun sedangkan pada anak laki-laki umur 12-18 tahun.
Air
Air dapat bersumber dari air minum, makanan termasuk buah dan sayur. Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, pelembab jaringan mulut, mata dan hidung, pelumas sendi, pelindung organ dan jaringan tubuh, meringankan beban ginjal dan hati, dan membantu mempermudah buang air besar. Asupan air wajib sekurang-kurangnya sebesar 1600 ml yang berasal dari air minum, makanan, dan hasil oksidasi zat makanan. Dengan mengkonsumsi cukup cairan, seseorang dapat terhindar dari dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh, serta dapat menurunkan risiko menderita penyakit batu ginjal
Serat
Serat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu serat tidak larut dan serat larut. Serat tidak larut mempermudah pencernaan dalam usus di dalam tubuh kita. Serat tidak larut dapat bersumber dari sayuran, serealia/roti gandum, kacangkacangan dan tepung. Serat larut memperlancar pembuangan zat sisa dalam tubuh kita. Serat larut dapat bersumber dari buah-buahan seperti jeruk dan apel, polong-polongan, dan bijibijian seperti biji matahari/kuaci.
Manfaat
serat bagi tubuh antara lain dapat menurunkan berat badan, memudahkan buang air besar. Kekurangan serat dapat menimbulkan gangguan gigi dan gusi, gangguan pencernaan seperti susah buang air besar, wasir dan kanker usus besar.
Sebelum lebih jauh membahas Blended Learning simak Video Tentang Industri 4.0 dibawah ini;
Sumber; youtube
Berikut kami coba uraikan tentang Blended Learning dan Amati Video Berikut :
Blended learning
istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata,
blended dan learning. Blend :
campuran yang berarti terdapat berbagai macam pola pembelajaran yang digunakan.
Learning : berarti belajar. Sehingga dapat diartikan sebagai penggabungan atau
pencampuran aspek-aspek dalam pembelajaran., bisa terdiri dari dua atau lebih
strategi atau media yang dapat digunakan. Blended
learning adalah pembelajaran yang memadukan pembelajaran berbasis teknologi
dan informsi dengan pembelajaran berbasis kelas/tatap muka. Aspek yang
digabungkan dapat berbentuk apa saja, misalkan metode, media, sumber,
lingkungan ataupun strategi pembelajaran dan tidak hanya mengkombinasikan
face-to-face dan online learning saja.
Blended Learning
mempunyai arti yang berarti blended :
campuran, kombinasi yang baik, learning
: pembelajaran, pengetahuan. Blended
learning merupakan sebuah kombinasi dari berbagai pendekatan didalam
pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan blended learning adalah metode belajar
yang menggabungkan dua atau lebih metode dan pendekatan dalam pembelajaran
untukmencapai tujuan dari proses
pembelajran tersebut.
Istilah blended
learning Menurut Semler (2005):
“Blended learning combines the best aspects
of online learning, structured face-to-face activities, and real world
practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job
experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach
uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.”
Blanded learning
merupakan kombinasi dari keuntungan dari online learning, pembelajaran tatap
muka dan pengalaman di dunia nyata. Kombinasi dari penggabungan semua komponen
diatas dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri dalam hasil
pembelajaran dari peserta didik.
Menurut Driscoll dan
Carliner mendefinisikan :
“Blended learning integrates or blends
learning programs in different format to archieve a common goal[1]”yang dapat diartikan blended learning mengintegrasikan atau
menggabungkan program belajar dalam format yang berbeda dalam mencapai tujuan
umum.
Menurut Thorne (2003) :
Blended learning
sebagai “it represents an opportunity to
integrate the innovative and technological advances offered by online learning
with the interaction and participation offered in the best of tradittional
learning.[2]
Thorne (2003) menggambarkan belajar dicampur sebagai “mewakili ini kesempatan
untuk mengintegrasikan kemajuan inovatif dan teknologi yang ditawarkan oleh
pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi ditawarkan dalam yang
terbaik dari pembelajaran tradisioanl”.
Menurut Bershin (2004)
:
“Blended learning is combination of
different training media : technologies, activities, and types of events to
creat an optimum training program for a specific audience. Blended learning
programs use many different forms of learning, perhaps complemented with
instructor-led training and other live formats”.
Diutarakan oleh
Bershin, bahwa blended learning adalah kombinasi dari berbagai media,
teknologi, kegiatan, dan jenis peristiwa untuk menciptakan program pelatihan
yang optimal bagi audiens yang spesifik. Program pembelajaran ini menggunakan
berbagai bentuk e-learning, baik dengan instruktur pelatihan maupun format
langsung lainnya.
Menurut Harmon dan
Jones (2000: 125) :
Menyatakan bahwa model blended learning ini mengkombinasikan
pola tatap muka dikelas atau penggunaan web secara online.
Blended Learning adalah metode pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara peserta didik konvensional di mana pendidik dan peserta didik bertemu langsung dengan pembelajaran online yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam
sehari, 7 hari seminggu. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah
pertemuan virtual antara pendidik dengan peserta didik. Mereka mungkin saja berada di dua dunia berbeda, namun bisa
saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab.Semuanya dilakukan secara real time. Sebagian menyebutnya dengan
Long Distance Instructed Learning, yang lain menyebutnya Virtual Instructor Led Training yang dipandu oleh instruktur betulan secara
virtual karena antara peserta dan instruktur berada di tempat yang berbeda.
Apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media
video conference, phone conference, atau chatting online.
Blended Learning terdiri dari kata blended (kombinasi/
campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah
hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli
sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang
mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face =
f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne (2003) menggambarkan
blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the
innovative and technological advances offered by online learning with the
interaction and participation offered in the best of traditional learning.
Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the
combination of different training “media” (technologies, activities, and types
of events) to create an optimum training program for a specific audience. The
term “blended” means that traditional instructor-led training is being
supplemented with other electronic formats. In the context of this book,
blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps
complemented with instructor-led training and other live formats”. Istilah
blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang
mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Saat
ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk
sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing
untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula
yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu
mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian
pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi
strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka,
pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet
dan mobile learning). Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar
tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia,
kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua
sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang
belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran
tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya,
pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi
sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media
komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi
video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja
sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran
blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar
terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat,
sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
B.Karakteristik BlendedLearning
Tiga persamaan atau karakteristik dan
definisi blended learning :
1.Kombinasi antara model pembelajaran.
2.Kombinasi antara metode pembelajaran.
3.Kombinasi antara online learning dengan pembelajaran
tatap muka.
Menurut buku Blending In The Extent
and Promise of Blended Education in the United States yaitu :
“The definition of an online program or blended programs
is similar to the definition used for courses; an online program is one where
at least 80 percent of program content is delivered online and a blended
program is one where between 30 an 79 percent of the program contenct is
delivered online”.
Blended learning adalah
pengkombinasian atau campuran duaatau lebih komponen atau metode pembelajaran
untuk mendapatkan hasil pelajaran yang diharapkan. Akan dijelaskan oleh tabel.
Komposisi Waktu Blended Learning
Proportion of Content Delivered online
Type of Course
Typical Description
0%
Traditional
Course with no online technologycal
used content is delivered in writing or orally.
1 to 29%
Web Facilitated
Course which uses web-based
technology to facilitate what is essentiallly a face-to-face course. Uses a
course management system (CMS) or web pages to post the syllabus an
assignments, fpr example.
30 to 79%
Blended/ Hybrid
Course that blends online and
face-to-face delivery. Substantial proportion of the content is delivered
online, typically uses online discussions, and typically has some
face-to-face meetings.
80+%
Online
A course where most or all of the
content is delivered online. Typically have no face-to-face meetings.
Adapun karakteristik dari blendedlearning yaitu:
1.Pembelajaran yang menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai
media berbasis teknologi yang beragam
2.Sebagai sebuah kombinasi
pengajaran langsung (facetoface), belajar mandiri, dan belajar mandiri
via online.
3.Pembelajaran yang didukung oleh
kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
4.Guru dan orangtua pembelajar
memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua
sebagai pendukung.
Dalam artikel yang berjudul “Building Blended Learning Strategy”Prof. McGinnis (2005)
menyarankan 6 hal yang perlu diperhatikan disaat orang menyelenggarakan Blended learning :
1.Penyampaian bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan yang
lain (seperti pengumuman) secara konsisiten.
2.Penyelenggaraan pembelajaran melalui blended learning harus diselenggarakan secara serius.
3.Bahan ajar yang diberikan harus selalu mengalami
perbaikan (update) baik itu formatnya, isinya maupun ketersediaan bahan ajar
yang memenuhi kaidah bahan ajar mandiri.
4.Alokasi waktu bisa dimulai dengan formula 75 : 25 dalam
artian bahwa 75% untuk pembelajaran online dan 25% untuk pembelajaran secara
tatap muka (konvensional).
5.Alokasi waktu tutorial 25% khusus bagi mereka yang
tertinggal, namun bila tidak memungkinkan maka waktu tersebut dapat digunakan
untuk menyelesaikan kesulitan siswa dalam memahami masalah belajar.
6.Dalam blended learning diperlukan kepemimpinan yang
mempunyai waktu dan perhatian untuk terus-menerus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Kapan BlendedLearning
dibutuhkan :
BlendedLearning
dibutuhkan pada saat situasi yang ada menuntut diadakannya kombinasi atau
mencampurkan berbagai metode media, dan teknik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.Misalnya ketika pembelajaran jarak jauh tidak begitu dibutuhkan
maka dibutuhkan pembelajaran tatap muka. Proses pembelajaran blendedlearning
ini dibutuhkan pada pembelajar yang membutuhkan penambahan dan pengkombinasian
dalam pembelajaran.
Blendedlearning dibutuhkan pada saat :
1.Proses belajar mengajar tidak
hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi dunia maya.
2.Mempermudah dan mempercepat proses
komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.
3.Siswa dan pengajar dapat
diposisikan sebagai pihak yang belajar.
4.Membantu proses percepatan
pengajaran.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa
ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya
konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat
diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya
telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan
pendidikan jarak jauh selanjutnya. Saat ini sistem pembelajaran secara blendedlearning
masih sangat baik diterapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol.
A.Tujuan
Blended Learning
1.Membantu pemelajar untuk
berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan
preferensi dalam belajar.
2.Menyediakan peluang yang praktis
realistis bagi guru dan pemelajar untuk pembelajaran secara mandiri,
bermanfaat, dan terus berkembang.
3.Peningkatan penjadwalan
fleksibilitas bagi pemelajar, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap
muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan
para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan
pebelajar dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat,
dan di mana saja selama pemelajar memiliki akses internet,
4.Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan
penyelesaian melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi
Kategori Blended Learning
Blended learning memiliki dua
kategori utama, yaitu :
a.Peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka
(perkuliahan). Istilah‘blendedlearning’ untuk merujuk kepada penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam
bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap
(web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.
b.Hybrid learning : pembelajaran
model ini mengurangi aktifitas tatap-muka (perkuliahan) tapi tidak
menghilangkannya, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara online.
B.Komponen Blended Learning
Berdasarkan kesimpulan dari para ahli
mengenai blended learning, makan belended learning mempunyai 3 komponen
pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran blended learning.
1.Online Learning
“Online learning as educational
material that is presented on a computer”.[3]
Diartikan bahwa online learnng merupakan materi pendidikan yang ditanyangkan
dengan memanfaatkan komputer.
Dalam Asynchronous Online Laerning
pebelajar dapat mengakses materi pelajaran kapan saja, sedangkan Synchronous
Online Learning memungkinkan interaksi nyata (real time) antara pebelajar
dengan pengajar (Ally 2007).[4]
Rosenberg (2001) menenkankan bahwa
e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
e-learning bisa mencakup secara
formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran
dengan kurikulum, silbus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun
berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola
e-learning dan pebelajar sendiri).
Maka dapat disimpulkan bahwa online
learning adalah lingkungan pembelajaran yang menggunakan teknologi internet,
intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan
terjadinya interkasi pembelajaran antar sesama peserta didik atau dengan
mengajar dimana saja dan kapan saja.
Karakteristik online learning :
a.Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik
b.Memanfaatkan keunggulan computer
(Digital Media dan Computer Networks)
c.Menggunakan bahan ajar bersifat
mandiri (self learning materials)
d.Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil, kemauan belajar dan hal-hal yng berkaitan dengan administrasi
pendidikan dapat dilihat di komputer.
Sedangkan karakteristike-learning
yang difokuskan kepada online learning adalah :
a.Non-linearity
Pemakai atau
users bebas mengakses (browse) tentang objek pembelajaran dan terdapat
fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.
b.Self-managing
Pemakai dapat
mengolah sendiri proses pembelajaran dengan mengikuti struktur yang telah di
buat.
c.Feedback-interactivity
Pembelajaran
dapt dilakukan dengan interaktif dan disediakan feedback pada proses
pembelajaran.
d.Multimedia-learners style
E-learning
menyediakan fasilitas multimedia. Keuntungan dengan menggunakan multimedia
siswa dapat memahami lebih jelas dannyata sesuai dengan tipe siswanya.
e.Just in time
E-learning
menyediakan kapan saja yang diperlukan pemakai untuk menyelesaikan permasalahan
atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
f.Dynamic updating
Mempunyai kemampuan memperbaharui isi
materi secara otomatis pada perubahanyang terbaru.
g.Easy accessibility
Mudah
digunakan karena peserta didik hanya menggunakan browser.
h.Collaborative learning
Memungkinkan
saling interaksi, maksudnya dapat berkomunikasi secara langsung (synchronous).
Kelebihan dan kekurangan E-Learning :
·Kelebihan :
-Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa
dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet kapan saja tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
-Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang terjadwal melalui internet, sehingga keduanya dapat menilai sampai
berapa jauh bahan ajar dipelajari.
-Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat
dan dimana saja kalau diperlukan megingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
-Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajari, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.
-Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi
aktif.
-Relatif lebih efisien.
·Kekurangan :
-Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dan siswa itu
sendiri.
-Cenderung mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial
dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
-Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan.
-Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensial sekarang dituntut menguasai teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
-Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.
-Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
-Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki
keterampilan internet.
2.Pembelajaran tatap muka
Pembelajaran tatap muka merupakan
model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus dilakukan dan sangat
seringdigunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru
dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar.
Karakteristik pembelajaran tatap muka
:
a.Terencana
b.Berorientasi pada tempat (placed-based)
c.Interaksi sosial
Dalam pembelajaran tatap muka guru
atau pemelajar akan menggunakan berbagai macam metode dalam proses
pembelajarannya untuk membuat proses belajar lebih aktif dan menarik. Yang
biasanya digunakan adalah :
a.Metode ceramah
Metode yang paling sederhana karena
guru hanya menyampaikan materi pembelajaran melalui kegiatn berbicara/ceramah
di depan kelas dan terkadang menggunakan media lain untuk menunjang prose pembelajaran
b.Metode penugasan
Metodepembelajaran dengan memberikan penugasan
untuk dikerjakan didalam kelas, melatih kemandirian dan tanggung jawab siswa.
c.Metode tanya jawab
Metode pembelajaran yang menimbulkan
interaksi antara siswa dengan guru, guru memberikan pertanyaan lalu siswa
menjawab pertanyaan atau sebaliknya.
d.Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dimana guru
memeragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun yang tiruan
disertai dengan penjelasan singkat.
3.Belajar mandiri
Salah satu bentuk aktivitas model
pembelajaran pada blended learning adalah individualized learning, yaitu
peserta didik dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi, materi
atau pelajaran secara online via internet. Bukan berarti belajar sendiri,
tetapi belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan ataupun tanpa
bantuan orang lain dalam belajar.
Menurut Dodds (1983), menjelaskan
bahwa belajar mandiri adalah sistem yang memungkinkan siswa belajar secara
mandiri dari bahan cetak, siaran ataupun bahan pra-rekam yang telah terlebih
dahulu disiapkan.
Dengan demikian, belajar mandiri
sebagai metode dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang memposisikan
pebelajaran sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan
atau pengambil inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya
sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain.
Karakteristik
sistem belajar mandiri :
Tanggung
jawab dalam mengendalikan dan mengarahkan belajarnya sendiri berada ditangan
pebelajar.
Karakteristik sistem belajar mandiri
menurut Institut for Distance Education of Maryland University :
a.Membebaskan pebelajar untuk tidak
harus belajar pada satu tempat dalam satu waktu tertentu.
b.Disediakannya berbagai bahan
(materials) termasuk panduan belajar dan silabus yang rinci serta akses ke
semua anggota.
c.Komunikasi antar pebelajar dan
instruktur melalui satu kombinasi dari beberapa teknologi informasi.
·Kelemahan-kelemahan belajar mandiri :
Kurang
interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa itu sendiri.
Kegiatan
membosankan tidak menarik.
Program
belajar yang tidak cocok untuk semua siswa.
Kurangnya
disiplin diri.
Metode
ini sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim untuk yang rinci
diantara staf pengajar yang terlibat.
C.Kelebihan
dan Kekurangan Blended Learning
Kelebihan blended learning :
a.Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan
saja dan dimana saja.
b.Pembelajaran terjadi secara
mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
c.Pembelajaran lebih efektif dan
efisien
d.Meningkatkan aksesbiltas. Dengan
adanya blendedlearning maka pebelajar semakin mudah dalam mengakses
materi pembelajaran.
Pembelajaran menjadi lebih luwes dan
tidak kaku.
Kekurangan blended learning :
a.Media yang dibutuhkan sangat
beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak
mendukung.
b.Tidak meratanya fasilitas yang
dimiliki pebelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended
learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang
memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via
online.
c.Kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap penggunaan teknologi
d.Tidak meratanya fasilitas yang
dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
e.Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat
memaksimalkan potensi dari blended learning.
D.Proses Perancangan dan Pengembangan Blended Learning
Secara Efektif
Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint
Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun
ke-5 kunci tersebut yaitu:
1)LiveEvent
Pembelajaran langsung atau tatap
muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang
sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtualclassroom).
Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih
menjadi pola utama.Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu
didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
2)Self-PacedLearning
Mengkombinasikan pembelajaran
konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang
memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan
berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri
baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi,
simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya).Bahan belajar
tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun
via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming video, e-book, dll)
maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
3)Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik
kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya
bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus
meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar atau
kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi
yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog,
mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan
orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based
learning, dll.
4)Assessment
Tentu saja, dalam proses
pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik
assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi
jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih
bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk
dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen
online dan assessmen offline.Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas
peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
5)PerformanceSupportMaterials
Ini bagian yang juga jangan sampai
terlupakan bahw ketika akann mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka
dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal
tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk
digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik
secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via
website resemi tertentu). Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu
Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem
ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.
Berikut Rujukan Tutorial Untuk Belajar Dalam Jarinmgan atau On line