Pages

Jumat, 08 November 2019

SDN Tegalwangi Ikuti Program PKP Berbasis Zonasi

SDN Tegalwangi Grogol Kota Cilegon mengirimkan Gurunya Mengikuti program PKP Zonasi yang di Selenggarakan di SDn Bujang Gadung. Dari sekian jumlah peserta SDN Tegalwangi diantaranya adalah Ibu Sarinten, M. Pd dan Hj. HILIYAH, S. Pd. Yang keduanya adalah Guru Kelas Atas.

"KUNCI proses pembelajaran yang baik dan benar di sektor pendidikan adalah kualitas guru. Oleh sebab itu pemerintah terus memperketat seleksi penerimaan guru".


“Selain itu, untuk memperbaiki model 
pelatihan dan pembelajaran bagi guru ke depannya akan diberlakukan sistem zonasi,” kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Supriano, dalam acara Pertemuan Ilmiah Matematika di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, Rabu (20/2/2019).
Selama ini, kata Supriano, program pengembangan kompetensi guru didasarkan pada hasil Uji Kompetensi Guru, yang lebih memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru terutama dalam kompetensi pedagogi dan profesional. Seiring dengan meningkatnya tantangan peningkatan mutu pendidikan, dipandang mendesak untuk dilakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan guru yang bermuara pada hasil peserta didik.
Salah satu upaya Kemendikbud melalui Ditjen GTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa adalah menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Program ini  merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD, atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, dan musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Komunitas guru dan tenaga kependidikan (PKG/KKG/MGMP/MGBK) memegang peranan penting dalam keberhasilan program ini. Di antara peran tersebut adalah melakukan pendataan terhadap anggota komunitasnya. Pendataan ini penting karena.
Komunitas juga berperan dalam mengkoordinasikan  dan melaksanakan program PKP Berbasis Zonasi di kelompok kerja masing-masing. Koordinasi mungkin melibatkan dinas pendidikan setempat, PPPPTK/ LPPPTK-KPTK/ LP2KS, LPMP, balai, maupun UPT. Komunitas juga diharapkan melakukan evaluasi secara internal berkenaan dengan pelaksanaan program PKB Berbasis zonasi di kelompok kerjanya. Lebih lanjut, komunitas yang mendapatkan bantuan pemerintah untuk pelaksanaan program PKP berbasis zonasi wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan program kepada UPT pemberi bantuan pemerintah.
Begitu dominannya peran komunitas guru dan tenaga kependidikan pada program PKP berbasis zonasi ini menuntut seluruh guru terdaftar dan terlibat aktif di komunitas sesuai jenjang masing-masing.
Komunitas merupakan ujung tombak wadah untuk berbagi dan mencari solusi mengenai masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru di daerah masing-masing. Program PKP Berbasis Zonasi ini diharapkan dapat menghidupkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan komunitas dengan lebih bersemangat. Melalui PKG/KKG/MGMP/MGBK, pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera tercapai.

Selasa, 22 Oktober 2019

SOSIALISASI PANGAN JAJAN ANAK SDN Tegalwangi Cilegon


Selasa, 21 Oktober 2019  Dinas Kesehatan Kota Cilegon Melakukan Sosialisasi Pangan Jajan Anak Sekolah Di SDN Tegalwangi yang dihadiri Beberapa Pertugas Yakni Eti Rohmawati dan Rani Asmania dengan di temani beberapa oranng lainnya. Pada SDN tegalwangi yang di Dapmpingi oleh Pembina UKS Yeti Suharyati, S. Pd Mengikutkan dari Kelas 4, 5 dan 6 yang diwakili 50 Anak dari Seluruh siswa anak SDN Tegalwangi. 
Dalam kesempatan tersebut kepala SDN tegalwangi Bahrudin, M. Pd. Menyambut baik dan sangat berterima kasih atas kegiatan sosialisasi yang dilakukakn oleh Dinas Kesehatan Kota Cilegon yang menurutnya sangat bermanfaat bagi Guru, Orang, dan Masyrakat ( Orang tua siswa ) akan Informasi yang diperoleh oleg siswa-siswa yang mengikuti kegitan tersebut. PJAS ( Pangan Jajan Anak Sekolah ) Ini sangat mendukung Programn Sekolah dalam rangkan peningktan mutu Pendidikan, Kenapa demikian " karena Asupan gizi yang anak terima akan sangat mempengaruhi Kesehatan dan Kerja Otak dalam menimba Ilmu di Sekolah Ujar Bahrudin..
Pada Kegiatan Sosialisasi tersebut Anak anak sangat antusias untuk mengikuti kegiatan Sosialiasi PJAS yang dilaksanakan Dinkes Kota Cilegon, karena berbagai macam pendekatan dalam penyampaiannya sangat mnenarik dan membuat siswa enggan untuk bergeser dari tempatnya, terlebih anak lagi anak diberikan reward, seperti Makan Siang, Kaos, dan Susu kota... 


Berikut kami informasikan tentang Pangan Jajanan Anak Sehat, Kenapa PJAS sangat penting diketahui Oleh Guru, Orang tua dan Siswa Berikut Penjelasannya; Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; serta peningkatan akses dan mutu  pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dinyatakan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. Kondisi saat ini di Indonesia, khususnya pada anak-anak, masih mengalami masalah gizi ganda (double burden), yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi (Indikator IMT/U) anak usia 612 tahun dengan kategori sangat kurus 4,6%, kurus 7,6%, normal 78,6% dan gemuk 9,2%. Prevalensi status gizi (indikator TB/U) anak dengan kategori stunting (sangat pendek 15,1%, pendek 20%) dan normal 64,5%. Prevalensi anemia, berdasarkan data Depkes (2008) bahwa prevalensi anemia pada anak usia sekolah sebesar 47,2 %.   Anak sekolah masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dengan gizi seimbang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein untuk anak umur 7–12 tahun berkisar antara 71,6–89,1% dan antara 85,1–137,4%. Namun data menunjukkan bahwa 44,4% dan 30,6% anak mengonsumsi energi dan protein di bawah angka kecukupan minimal (Riskesdas, 2010). 
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein anak sekolah, Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang tidak atau kurang sarapan dan tidak membawa bekal. Kontribusi zat gizi PJAS terhadap pemenuhan kecukupan gizi harian sebaiknya berkisar antara 15-20% (Tanziha,  dkk, 2012). Berdasarkan Laporan Akhir Hasil Monitoring Dan Verifikasi Profil Keamanan PJAS Nasional tahun 2008, menunjukkan bahwa 98,9% anak jajan di sekolah dan hanya 1% yang tidak pernah jajan. Data selanjutnya menunjukkan bahwa PJAS menyumbang 31.06% energi dan 27.44% protein dari konsumsi pangan harian. PJAS selain berfungsi sebgai sumber pangan jajanan juga bisa berfungsi sebagai sumber pangan sarapan. Data menunjukkan bahwa hampir setengahnya siswa (52 %) memiliki kebiasaan sarapan kategori kadangkadang (≤ kali per minggu) (Tanziha, dkk, 2012).
Dengan demikian kedudukan PJAS menjadi strategis serta keberadaannya merupakan suatu yang diharapkan. Tinggi proporsi anak sekolah yang tidak sarapan dapat disebabkan antara lain telat bangun dan ketidaktersediaan makanan sarapan dirumah. 
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi PJAS anak sekolah tergolong dalam kategori tinggi namun dalam prakteknya hal ini tidak mendasari pemilihan PJAS yang sesuai oleh anak sekolah. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan ketersediaan PJAS yang sesuai dilingkungan sekolah. (Tanziha,  dkk,2012) Sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (RAN-PJAS) yang Aman, Bermutu dan Bergizi maka Pemerintah Kota Cilegon Melalui Dinas Kesehatan Kota Cilegon perlu mengupayakan pemberian informasi dan edukasi tentang pangan yang aman, bermutu dan bergizi seimbang termasuk PJAS. Untuk mendukung rencana aksi tersebut, yang pada Bulan dan tahun ini di selenggarakan di SDN Tegalwangi Grogol Cilegon.

KEBUTUHAN GIZI ANAK SEKOLAH

Kecukupan Gizi Anak Sekolah 
Pertumbuhan dan perkembangan seorang salah satunya dipengaruhi oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, mulai berkenalan dengan suasana, lingkungan dan kebiasaan baru dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan makan anak. Aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan seimbang. Agar stamina anak sekolah tetap bugar selama mengikuti kegiatan di sekolah, maka diharuskan sarapan pagi yang memenuhi kecukupan gizi. Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan berkisar 1/3 dari kebutuhan energi per hari.   Pentingnya mengonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula darah tetap terkontrol baik, sehingga anak tetap konsentrasi terhadap pelajaran dan dapat melaksanakan aktivitas lainnya. Kecukupan zat gizi seseorang diantaranya dipengaruhi oleh umur. Golongan umur 10-12 tahun kecukupan zat gizinya relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan berat dan tinggi badan. Selain umur, jenis kelamin juga mempengaruhi kecukupan zat gizi. Adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antar jenis kelamin, mulai umur 10 tahun kecukupan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan 

Jenis-jenis Zat Gizi
Anak sekolah memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki manfaat dan kerugian tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin A, contohnya kentang. Sedangkan beberapa makanan lain tinggi vitamin C tetapi kurang lemak, contohnya buah jeruk. Oleh karena itu konsumsi pangan sehari-hari harus beranekaragam untuk memenuhi berbagai kebutuhan zat gizi dan penyerapan zat gizi yang optimum. Peranan berbagai jenis bahan makanan yang dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi, dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna Makanan” yaitu sebagai sumber energi,sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. 


Sumber Energi
a. Karbohidrat 
Bahan pangan sumber karbohidrat antara lain: beras, jagung,gandum, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, dan hasil olahannya, dan gula murni. Konsumsi karbohidrat sederhana, terutama gula, sebaiknya dibatasi  empat (4) sendok makan setiap hari.  Konsumsi gula yang berlebihan akan berakibat pada kelebihan konsumsi energi sehingga kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak. 

b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi tertinggi dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak menyediakan asam lemak esensial yang diperlukan tubuh,  serta membantu penyerapan vitamin A,D,E dan K. Lemak dalam makanan berasal dari tumbuhan dan hewan. Lemak yang berasal dari tumbuhan, misalnya margarin, santan dan minyak kelapa sedangkan yang berasal dari hewan,misalnya daging, sus u dan telur.Konsumsi lemak berlebih berakibat pada peningkatan berat badan yang dapat berlanjut menjadi kegemukan. Kegemukan diketahui meningkatkan risiko terkena penyakit seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan kematian. Bagi anak yang mengalami obesitas, konsumsi lemak dan minyak dalam makanan seharihari maksimal (lima) sendok makan. 

Sumber Zat Pembangun 
Protein 
Protein berperan penting sebagai zat pembangun dalamstruktur dan fungsi sel. Protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan seseorang. Protein terdiri dari protein hewani dan nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan seperti susu, telur, daging ayam dan sapi, ikan, udang, kerang dan hasil olahannya. Sedangkan protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya. Kacangkacangan antara lain kacang kedelai, kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kacang mete, kacang koro, sedangkan hasil olahan kacang-kacangan antara lain tempe, tahu, oncom dan susu kedelai. 

Sumber Zat Pengatur
a.  Vitamin 
Vitamin, berfungsi sebagai pengatur dan pelindung tubuh (menjaga kesehatan). Kekurangan vitamin (avitaminosis) dapat mengganggu kesehatan. Beberapa vitamin yang diperlukan tubuh, yaitu :  
 Vitamin A, berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan mata, seperti rabun senja. Vitamin A terdapat pada : hati, minyak ikan, daging, susu, sayuran dan buah berwarna orange.
 Vitamin B, berfungsi mencegah penyakit beri-beri dan meningkatkan nafsu makan. Vitamin B terdapat pada : kacang hijau, daging, kulit beras dan sayuran.
 Vitamin C, berfungsi mencegah sariawan, gusi berdarah, dan bibir pecah-pecah. Vitamin C terdapat pada buahbuahanjeruk,tomat,pepaya dan sayuran
hijau.
 Vitamin D, berfungsi membentuk tulang dan gigi,mencegah penyakit rakhitis dan osteoporosis. Vitamin D terdapat pada : susu, minyak ikan, kuning telur.
 Vitamin E, berfungsi menyuburkan rambut, menghaluskan kulit, dan mencegah kemandulan. Vitamin E terdapat pada biji-bijian, sayuran, telur, mentega dan susu.
 Vitamin K, berfungsi membantu proses pembekuan darah Vitamin K terdapat pada : bayam, tomat, dan wortel.  

Mineral 
Mineral berfungsi untuk pertumbuhan, perkembangan dan membuat tubuh tetap sehat. Tubuh memanfaatkan mineral untuk berbagai fungsi mulai dari membangun tulang yang kuat sampai mentransfer kerja syaraf tubuh. Beberapa mineral juga berfungsi membuat hormon dan menjaga denyut jantung normal.

Zat besi
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membawa oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disamping itu juga berperan dalam pembentukan hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah untuk membawa oksigen keseluruh tubuh. Pangan  yang merupakan sumber zat besi antara lain: daging sapi, daging kambing, hati, ikan tuna dan salmon, telur dan kacang-kacangan. Kekurangan zat besi akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan gejala wajah pucat dan badan cepat lemah/letih. 

Kalsium
Kalsium adalah mineral yang berhubungan dengan kesehatan tulang dan gigi, serta membantu proses pembekuan darah. Sumber pangan yang mengandung
kalsium antara lain produk olahan susu, keju dan yogurt, ikan salmon dan sarden khususnya dengan tulangnya,sayuran berdaun hijau misalnya brokoli. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis (keropos tulang), nyeri otot tulang, kekebalan tubuh berkurang dan daya ingat berkurang. 

Iodium
Berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh.Iodium juga penting untuk perkembangan otak.  Iodium dapat bersumber dari garam beriodium, susu, telur, ikan, udang, kerang, dan ganggang laut. Kekurangan iodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok atau dikenal dengan penyakit gondok. Penyakit gondok banyak ditemukan pada anak perempuan umur 9-13 tahun sedangkan pada anak laki-laki umur 12-18 tahun. 

Air   
Air dapat bersumber dari air minum, makanan termasuk buah dan sayur. Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, pelembab jaringan mulut, mata dan hidung, pelumas sendi, pelindung organ dan jaringan tubuh, meringankan beban ginjal dan hati, dan membantu mempermudah buang air besar. Asupan air wajib sekurang-kurangnya sebesar 1600 ml yang berasal dari air minum, makanan, dan hasil oksidasi zat makanan. Dengan mengkonsumsi cukup cairan, seseorang dapat terhindar dari dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh, serta dapat menurunkan risiko menderita penyakit batu ginjal

Serat
Serat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu serat tidak larut dan serat larut. Serat tidak larut mempermudah pencernaan dalam usus di dalam tubuh kita.  Serat tidak larut dapat bersumber dari sayuran, serealia/roti gandum, kacangkacangan dan tepung. Serat larut memperlancar pembuangan zat sisa dalam tubuh kita. Serat larut dapat bersumber dari buah-buahan seperti jeruk dan apel, polong-polongan, dan bijibijian seperti biji matahari/kuaci. 

Manfaat
serat bagi tubuh antara lain dapat menurunkan berat badan, memudahkan buang air besar. Kekurangan serat dapat menimbulkan gangguan gigi dan gusi, gangguan pencernaan seperti susah buang air besar, wasir dan kanker usus besar. 

Rabu, 16 Oktober 2019

Blended Learning Alternatif Pembelajaran Era Industri 4.0

Sebelum lebih jauh membahas Blended Learning simak Video Tentang Industri 4.0 dibawah ini;

Sumber; youtube

Berikut kami coba uraikan tentang Blended Learning dan Amati Video Berikut :


Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blend : campuran yang berarti terdapat berbagai macam pola pembelajaran yang digunakan. Learning : berarti belajar. Sehingga dapat diartikan sebagai penggabungan atau pencampuran aspek-aspek dalam pembelajaran., bisa terdiri dari dua atau lebih strategi atau media yang dapat digunakan. Blended learning adalah pembelajaran yang memadukan pembelajaran berbasis teknologi dan informsi dengan pembelajaran berbasis kelas/tatap muka. Aspek yang digabungkan dapat berbentuk apa saja, misalkan metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran dan tidak hanya mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja.
Blended Learning mempunyai arti yang berarti blended : campuran, kombinasi yang baik, learning : pembelajaran, pengetahuan. Blended learning merupakan sebuah kombinasi dari berbagai pendekatan didalam pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan blended learning adalah metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode dan pendekatan dalam pembelajaran untuk  mencapai tujuan dari proses pembelajran tersebut.
Istilah blended learning Menurut Semler (2005):
“Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.”
Blanded learning merupakan kombinasi dari keuntungan dari online learning, pembelajaran tatap muka dan pengalaman di dunia nyata. Kombinasi dari penggabungan semua komponen diatas dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri dalam hasil pembelajaran dari peserta didik.
Menurut Driscoll dan Carliner mendefinisikan :
“Blended learning integrates or blends learning programs in different format to archieve a common goal[1]yang dapat diartikan blended learning mengintegrasikan atau menggabungkan program belajar dalam format yang berbeda dalam mencapai tujuan umum.
Menurut Thorne (2003) :
Blended learning sebagai “it represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of tradittional learning.[2] Thorne (2003) menggambarkan belajar dicampur sebagai “mewakili ini kesempatan untuk mengintegrasikan kemajuan inovatif dan teknologi yang ditawarkan oleh pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi ditawarkan dalam yang terbaik dari pembelajaran tradisioanl”.
Menurut Bershin (2004) :
“Blended learning is combination of different training media : technologies, activities, and types of events to creat an optimum training program for a specific audience. Blended learning programs use many different forms of learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”.
Diutarakan oleh Bershin, bahwa blended learning adalah kombinasi dari berbagai media, teknologi, kegiatan, dan jenis peristiwa untuk menciptakan program pelatihan yang optimal bagi audiens yang spesifik. Program pembelajaran ini menggunakan berbagai bentuk e-learning, baik dengan instruktur pelatihan maupun format langsung lainnya.
Menurut Harmon dan Jones (2000: 125) :
Menyatakan bahwa model blended learning ini mengkombinasikan pola tatap muka dikelas atau penggunaan web secara online.
Blended Learning adalah metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara peserta didik konvensional di mana pendidik dan peserta didik bertemu langsung dengan pembelajaran online yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara pendidik dengan peserta didik. Mereka mungkin saja berada di dua dunia berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab. Semuanya dilakukan secara real time. Sebagian menyebutnya dengan Long Distance Instructed Learning, yang lain menyebutnya Virtual Instructor Led Training yang dipandu oleh instruktur betulan secara virtual karena antara peserta dan instruktur berada di tempat yang berbeda. Apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media video conference, phone conference, atau chatting online.
Blended Learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a specific audience. The term “blended” means that traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In the context of this book, blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”. Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
B.       Karakteristik Blended Learning
Tiga persamaan atau karakteristik dan definisi blended learning :
1.            Kombinasi antara model pembelajaran.
2.            Kombinasi antara metode pembelajaran.
3.            Kombinasi antara online learning dengan pembelajaran tatap muka.
Menurut buku Blending In The Extent and Promise of Blended Education in the United States yaitu :
“The definition of an online program or blended programs is similar to the definition used for courses; an online program is one where at least 80 percent of program content is delivered online and a blended program is one where between 30 an 79 percent of the program contenct is delivered online”.
Blended learning adalah pengkombinasian atau campuran duaatau lebih komponen atau metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil pelajaran yang diharapkan. Akan dijelaskan oleh tabel.
Komposisi Waktu Blended Learning
Proportion of Content Delivered online
Type of Course
Typical Description
0%
Traditional
Course with no online technologycal used content is delivered in writing or orally.
1 to 29%
Web Facilitated
Course which uses web-based technology to facilitate what is essentiallly a face-to-face course. Uses a course management system (CMS) or web pages to post the syllabus an assignments, fpr example.
30 to 79%
Blended/ Hybrid
Course that blends online and face-to-face delivery. Substantial proportion of the content is delivered online, typically uses online discussions, and typically has some face-to-face meetings.
80+%
Online
A course where most or all of the content is delivered online. Typically have no face-to-face meetings.

Adapun karakteristik dari blendedlearning yaitu:
1.            Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam
2.            Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (facetoface), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.
3.            Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
4.            Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Dalam artikel yang berjudul “Building Blended Learning Strategy”Prof. McGinnis (2005) menyarankan 6 hal yang perlu diperhatikan disaat orang menyelenggarakan Blended learning :
1.            Penyampaian bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan yang lain (seperti pengumuman) secara konsisiten.
2.            Penyelenggaraan pembelajaran melalui blended learning harus diselenggarakan secara serius.
3.            Bahan ajar yang diberikan harus selalu mengalami perbaikan (update) baik itu formatnya, isinya maupun ketersediaan bahan ajar yang memenuhi kaidah bahan ajar mandiri.
4.            Alokasi waktu bisa dimulai dengan formula 75 : 25 dalam artian bahwa 75% untuk pembelajaran online dan 25% untuk pembelajaran secara tatap muka (konvensional).
5.            Alokasi waktu tutorial 25% khusus bagi mereka yang tertinggal, namun bila tidak memungkinkan maka waktu tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan siswa dalam memahami masalah belajar.
6.            Dalam blended learning diperlukan kepemimpinan yang mempunyai waktu dan perhatian untuk terus-menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kapan BlendedLearning dibutuhkan :
BlendedLearning dibutuhkan pada saat situasi yang ada menuntut diadakannya kombinasi atau mencampurkan berbagai metode media, dan teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran.Misalnya ketika pembelajaran jarak jauh tidak begitu dibutuhkan maka dibutuhkan pembelajaran tatap muka. Proses pembelajaran blendedlearning ini dibutuhkan pada pembelajar yang membutuhkan penambahan dan pengkombinasian dalam pembelajaran.
Blendedlearning dibutuhkan pada saat :
1.        Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
2.        Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.
3.        Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.
4.        Membantu proses percepatan pengajaran.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Saat ini sistem pembelajaran secara blendedlearning masih sangat baik diterapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol.
A.            Tujuan Blended Learning
1.         Membantu pemelajar untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
2.         Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan pemelajar untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
3.         Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi pemelajar, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan pebelajar dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama pemelajar memiliki akses internet,
4.         Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

Kategori Blended Learning
Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :
a.         Peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka (perkuliahan). Istilah‘blendedlearning’ untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.
b.        Hybrid learning : pembelajaran model ini mengurangi aktifitas tatap-muka (perkuliahan) tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara online.
B.            Komponen Blended Learning
Berdasarkan kesimpulan dari para ahli mengenai blended learning, makan belended learning mempunyai 3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran blended learning.
1.            Online Learning
“Online learning as educational material that is presented on a computer”.[3] Diartikan bahwa online learnng merupakan materi pendidikan yang ditanyangkan dengan memanfaatkan komputer.
Dalam Asynchronous Online Laerning pebelajar dapat mengakses materi pelajaran kapan saja, sedangkan Synchronous Online Learning memungkinkan interaksi nyata (real time) antara pebelajar dengan pengajar (Ally 2007).[4]
Rosenberg (2001) menenkankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
e-learning bisa mencakup secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silbus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pebelajar sendiri).
Maka dapat disimpulkan bahwa online learning adalah lingkungan pembelajaran yang menggunakan teknologi internet, intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interkasi pembelajaran antar sesama peserta didik atau dengan mengajar dimana saja dan kapan saja.
Karakteristik online learning :
a.  Memanfaatkan jasa teknologi elektronik
b.  Memanfaatkan keunggulan computer (Digital Media dan Computer Networks)
c.   Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
d.  Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan hal-hal yng berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat di komputer.
Sedangkan karakteristike-learning yang difokuskan kepada online learning adalah :
a.     Non-linearity
Pemakai atau users bebas mengakses (browse) tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.
b.     Self-managing
Pemakai dapat mengolah sendiri proses pembelajaran dengan mengikuti struktur yang telah di buat.
c.      Feedback-interactivity
Pembelajaran dapt dilakukan dengan interaktif dan disediakan feedback pada proses pembelajaran.
d.     Multimedia-learners style
E-learning menyediakan fasilitas multimedia. Keuntungan dengan menggunakan multimedia siswa dapat memahami lebih jelas dannyata sesuai dengan tipe siswanya.
e.     Just in time
E-learning menyediakan kapan saja yang diperlukan pemakai untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
f.      Dynamic updating
Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi secara otomatis pada perubahanyang terbaru.
g.     Easy accessibility
Mudah digunakan karena peserta didik hanya menggunakan browser.
h.     Collaborative learning
Memungkinkan saling interaksi, maksudnya dapat berkomunikasi secara langsung (synchronous).
Kelebihan dan kekurangan E-Learning :
·                     Kelebihan :
-          Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet kapan saja tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
-          Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terjadwal melalui internet, sehingga keduanya dapat menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
-          Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan megingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
-          Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajari, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.
-          Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
-          Relatif lebih efisien.
·                     Kekurangan :
-          Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dan siswa itu sendiri.
-          Cenderung mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
-          Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
-          Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensial sekarang dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
-          Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
-          Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
-          Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
2.            Pembelajaran tatap muka
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus dilakukan dan sangat seringdigunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar.
Karakteristik pembelajaran tatap muka :
a.            Terencana
b.            Berorientasi pada tempat (placed-based)
c.            Interaksi sosial
Dalam pembelajaran tatap muka guru atau pemelajar akan menggunakan berbagai macam metode dalam proses pembelajarannya untuk membuat proses belajar lebih aktif dan menarik. Yang biasanya digunakan adalah :
a.            Metode ceramah
Metode yang paling sederhana karena guru hanya menyampaikan materi pembelajaran melalui kegiatn berbicara/ceramah di depan kelas dan terkadang menggunakan media lain untuk menunjang prose pembelajaran
b.            Metode penugasan
Metode  pembelajaran dengan memberikan penugasan untuk dikerjakan didalam kelas, melatih kemandirian dan tanggung jawab siswa.
c.            Metode tanya jawab
Metode pembelajaran yang menimbulkan interaksi antara siswa dengan guru, guru memberikan pertanyaan lalu siswa menjawab pertanyaan atau sebaliknya.
d.            Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dimana guru memeragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun yang tiruan disertai dengan penjelasan singkat.
3.            Belajar mandiri
Salah satu bentuk aktivitas model pembelajaran pada blended learning adalah individualized learning, yaitu peserta didik dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi, materi atau pelajaran secara online via internet. Bukan berarti belajar sendiri, tetapi belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar.
Menurut Dodds (1983), menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah sistem yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran ataupun bahan pra-rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan.
Dengan demikian, belajar mandiri sebagai metode dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang memposisikan pebelajaran sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain.
          Karakteristik sistem belajar mandiri :
                   Tanggung jawab dalam mengendalikan dan mengarahkan belajarnya sendiri berada ditangan pebelajar.
Karakteristik sistem belajar mandiri menurut Institut for Distance Education of Maryland University :
a.    Membebaskan pebelajar untuk tidak harus belajar pada satu tempat dalam satu waktu tertentu.
b.    Disediakannya berbagai bahan (materials) termasuk panduan belajar dan silabus yang rinci serta akses ke semua anggota.
c.    Komunikasi antar pebelajar dan instruktur melalui satu kombinasi dari beberapa teknologi informasi.
·         Kelemahan-kelemahan belajar mandiri :
  • Kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa itu sendiri.
  • Kegiatan membosankan tidak menarik.
  • Program belajar yang tidak cocok untuk semua siswa.
  • Kurangnya disiplin diri.
  • Metode ini sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim untuk yang rinci diantara staf pengajar yang terlibat.

C.            Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
Kelebihan blended learning :
a.    Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana saja.
b.    Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
c.    Pembelajaran lebih efektif dan efisien
d.    Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blendedlearning maka pebelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
Kekurangan blended learning :
a.    Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
b.    Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pebelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c.    Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
d.    Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
e.    Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memaksimalkan potensi dari blended learning.

D.   Proses Perancangan dan Pengembangan Blended Learning Secara Efektif
Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1)            LiveEvent
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtualclassroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama.Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
2)            Self-PacedLearning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya).Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
3)            Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar atau kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dll.
4)            Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline.Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
5)            PerformanceSupportMaterials
Ini bagian yang juga jangan sampai terlupakan bahw ketika akann mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.

Berikut Rujukan Tutorial Untuk Belajar Dalam Jarinmgan atau On line



Sumber ; https://youtu.be/s4NQrAftlGI